TNI vs Polri: Melubangi Perahu Sendiri

Pagi ini linimasa twitter saya dipenuhi dengan hashtag #PrayforBaturaja, tentu saja saya kaget melihat banyaknya teman-teman yang menggunakan hashtag tersebut dalam kicauan-kicauan mereka. Karena beberapa tahun lalu saya menimba ilmu dengan seragam putih abu-abu di sana.

Baturaja adalah sebuah ibu kota kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) di Sumatera Selatan, berbatasan dengan kota Martapura, ibu kota kabupaten OKU Timur (kota kelahiran saya). Dari berita yang saya dapatkan melalui situs-situs pemberitaan online, Markas Polisi Resor (Polres) OKU didatangi hampir seratus personel TNI dari Batalyon Armed 15/II/SWJ yang bermarkas di kota Martapura, salah satu pusat latihan tempur terbesar di kawasan Asia Tenggara. Menurut AKBP Azis Saputra, Kapolres OKU yang diwawancarai TvOne, pihak Polres OKU sudah menyiapkan aula untuk memfasilitasi kedatangan angota-anggota TNI yang tujuan awalnya adalah untuk melakukan aksi damai, namun kemudian oknum-oknum TNI tersebut langsung melakukan perusakan hingga membakar Markas Polres OKU.

Setelah membakar Markas Polres OKU, mereka kembali ke markas mereka di Martapura, sekitar 32 Km dari Baturaja. Namun sebelum kembali ke markas, mereka kembali melakukan perusakan di Markas Polisi Sektor (Polsek) Martapura, serta membakar kendaraan-kendaraan yang terparkir di tempat parkir di sana. Dalam peristiwa ini terdapat dua korban luka-luka akibat pengeroyokan oleh oknum TNI, salah satunya adalah Kapolsek Martapura, AKP Ridwan. Kedua korban segera dibawa ke RS Bhayangkara Palembang.

Setelah melakukan perusakan di Markas Polsek Martapura, oknum-oknum TNI ini berencana untuk menyerbu Markas Polres OKU Timur, namun Markas Polres OKU Timur terlebih dahulu dijaga oleh Polisi Militer yang telah mengetahui adanya berita penyerbuan ini.

Linimasa saya pun dipenuhi juga dengan hashtag #PrayforMartapura.

***

Miris. Kata itu yang terus mengisi benak saya, setiap membaca berita dari situs-situs pemberitaan online maupun menyaksikan berita-beritanya yang ditayangkan di beberapa acara berita di stasiun televisi swasta nasional. Entah apa yang ada di pikiran oknum-oknum TNI ini, saya yakin mereka yang melakukan penyerangan dan aksi anarkis ini adalah oknum-oknum TNI yang baru, yang belum lama menjadi TNI, yang jiwa nasionalismenya masih harus dipertanyakan.

Sebenarnya perkara penembakan Pratu Heru tidak seharusnya menjadi alasan bagi mereka untuk melakukan perusakan serta pembakaran ini, karena Brigadir Wijaya (tersangka penembakan Pratu Heru) pun sudah mendekam di tahanan Polda Sumatera Selatan, menunggu persidangan dan hukuman yang akan diterima sebagai pertanggungjawabannya.

Tindakan yang mereka lakukan ini seperti melubangi perahu sendiri, mereka yang seharusnya menjaga kedaulatan negara, malah melakukan aksi yang dapat memprovokasi dan memecah belah bangsa. Apapun yang telah terjadi hari ini, sudah di luar batas kewajaran dan harus diusut tuntas oleh pihak-pihak yang berkewenangan dalam menangani kasus ini.

Lagu Indonesia Raya yang saya putar sembari menulis tulisan ini, semakin mengiris hati saya. Sepertinya kata merdeka, merdeka yang terus di ulang dalam bait-bait lagu nasional kita ini, tidak lagi berarti.

Harapan saya, semoga keadaan di Baturaja dan Martapura semakin membaik dan kondusif, serta tidak terjadi lagi aksi-aksi seperti ini di wilayah manapun di Indonesia.

Sumber: Dari berbagai sumber. Berita yang disajikan di atas belum utuh karena ada perbedaan berita antara versi TNI dan versi Polri.

Tulis Komentar